BERLIAN TERBAIK KEDUA ASAL MARTAPURA INDONESIA






Martapura terletak sekitar 45 Km sebelah timur dari Banjarmasin, merupakan Ibukota Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi umum atau menyewa mobil selama sekitar satu jam perjalanan. Jika datang dari Bandara Syamsudin Noor maka waktu tempuh menuju Martapura menjadi relatif lebih singkat, yaitu sekitar 20 menit saja.

Tanah Martapura dikenal Kaya akan mineral batu mulia atau permata. Geliatnya sudah dimulai sejak jaman Belanda, ketika pasar Cahaya Bumi yang menjual perhiasan hasil kerajinan tradisional didirikan. Intan terbesar yang pernah ditemukan di Martapura sekaligus di Indonesia adalah sebesar 200 karat atau kira-kira sebesar buah duku dan dinamai: "Putri Malu", mengalahkan Intan terbesar sebelumnya - sebesar 166 Karat yang dinamai "Tri Sakti".
lokasi pendulangan ada di Kecamatan Cempaka, sekitar 7 km dari pusat Kota Martapura. Disini para pengunjung bisa melihat langsung proses pendulangan. Ada puluhan bahkan ratusan penambang, mulai dari anak kecil hingga yang sudah bungkuk-beruban, mendulang mimpi menemukan intan dengan peralatan tradisional seadanya terkadang tanpa hasil selama berbulan-bulan. Mimpi yang membuat mereka tidak mengerti cara keluar dari lubang kemiskinan yang telah menjebak mereka selama beberapa generasi.
Sebagian besar masyarakat Martapura masih mengandalkan peralatan yang sangat tradisional dalam melakukan proses pendulangan seperti cangkul, sekop dan instink; tanpa alat sensor dan mesin-mesin penggali. Kurangnya penguasaan yang memadai atas proses pemotongan intan, membuat harga jual intan asal Martapura menjadi sangat rendah. Beberapa pendulang intan bahkan memilih untuk mengekspor intan mentah langsung tanpa melalui proses pengrajinan sama sekali. Di Eropa, batu mulia tersebut kemudian akan dipotong menjadi berlian dan dijual kembali dengan harga puluhan kali lipat.
Seandainya ada perhatian lebih yang diberikan kepada kota kecil ini seperti pelatihan dan koperasi untuk membiayai permodalan peralatan mereka, maka mungkin Martapura bisa menjadi se-gemerlap berlian yang dihasilkan.
Intan martapura adalah intan yang masuk peringkat terbaik sedunia.
26 Agustus 1965, sebulan sebelum di Jakarta terjadi Gerakan 30 September, sekelompok pendulang intan di Sungai Tiung, Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan menemukan intan sebesar telur burung merpati. Ketika diukur beratnya: 166,75 karat (1 karat intan = 200 mg) atau sekitar 33,2 gram.

Inilah intan terbesar yang pernah ditemukan di Kalimantan sampai saat itu, setelah usaha pendulangan intan di daerah itu dilakukan sejak tahun 1600-an, bahkan ternyata sampai sekarang pun itulah intan terbesar dari Cempaka. Maka tentu saja ini berita besar, heboh, sehingga tak kurang dari Presiden Soekarno saat itu menamakan intan ini “Trisakti”.

Betapa hebohnya intan Trisakti ini, sebab ditaksir harganya saat itu adalah Rp 10 trilyun (!) dan makin meroket setelah diasah menjadi berlian. Konon sang Trisakti segera lenyap, kabarnya dibawa ke Jakarta, tetapi kini diyakini para pendulang intan bahwa Trisakti sekarang ada di salah satu museum di Belanda.

Para pendulang intan penemu Trisakti dikabarkan mendapat uang pengganti senilai Rp 3,5 milyar, sangat besar tentu pada tahun 1965 itu. Namun apa boleh buat, situasi politik-ekonomi runyam di Jakarta akibat gerakan-gerakan politik G30S saat itu. Uang Rp 1000 dipotong menjadi Rp 1,0 (sanering), yang mengakibatkan uang pengganti Trisakti Rp 3,5 milyar menyusut drastis 1000 x menjadi hanya Rp 3,5 juta. Meskipun demikian, konon dengan Rp 3,5 juta itu, para pendulang dan keluarganya sebanyak total 80 orang dapat pergi Haji…

Meskipun kemudian di Kalimantan pada tahun 2008 di kawasan Antaruku, Pengaron, di timurlaut Martapura, ditemukan intan “Putri Malu” yang lebih besar dari Trisakti, yaitu 200 karat (40 gram), kehebohan Trisakti tidak terkalahkan oleh sang Putri Malu.

Komentar

Postingan Populer